![]() |
Tim The Tebings bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Halmahera Tengah (Foto: Istimewa) |
KABAR TEBINGS--Selasa (11/10/2019) kami tiba di sini: Weda! Setelah melintasi laut antara Ternate dan Sofifi, jalanan Sofifi menuju Weda, perjalanan berakhir di sini. Ibu kota Kabupaten Halmahera Tengah ada di Weda.
Sepanjang jalan menuju Weda, ada juga ngeri-ngerinya. Banyak jalanan longsor. Bebatuan berukuran besar tampaknya menggelinding hingga ke tepi jalan. Beberapa curam terjal. Jalanan retak. Hanya kabut yang mengusir kengerian jadi sedikit terhibur. Mungkin ini bisa romantis jika kamu turut serta.
Sekira dua jam lamanya, seusai ashar hingga dalam balutan senja menuju malam, kami masih di jalanan. Bertujuh kami membelah sisi daratan Halmahera.
Jalanan masih basah. Aroma tanah masih ada. Gerimis baru saja pergi sepertinya. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menunggu kedatangan tim di salah satu penginapan di kota kabupaten ini.
Pemda Kabupaten Halteng beberapa waktu lalu meminta kerjasama dengan Fak Ilmu Budaya Unkhair, semuanya juga personalia The Tebings, untuk menyusun PPKD kabupaten ini. Sudah tentu kami respons. Kami berpihak pada kegiatan-kegiatan kebudayaan, baik sebagai akademisi (FIB) maupun sebagai yayasan (yang juga bergerak dalam aksi-aksi kebudayaan) di daerah ini.
![]() |
Makan malam Tim The Tebings di Weda |
Selama 2 hari ini, kami akan bekerjasama dengan tokoh budaya dan pihak terkait untuk melakukan pengumpulan data yang relevan dengan dokumen. Metodenya melalui observasi, wawancara, dan diskusi terfokus (fgd). Sudah tentu juga dokumen-dokumen hasil penelitian dan publikasi lainnya akan menjadi sumber data bagi pemajuan kebudayaan di "negeri fagogoru" ini.
Di bawah pimpinan Pak Dr Ridha Ajam, tim ini bekerja hingga menjadi satu dokumen PPKD. Anggota tim terdiri dari Pak Fachmi Alhadar, Abdulrahman Safrudin, Irfan Ahmad, Bahtiar Hairullah, dan saya sendiri -- sebagai peluncur tentunya. Ada juga Zulkifli dan Hamdani Rais.
Sambil menunggu menu matang, kami berbincang. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk pemajuan kebudayaan. Kebudayaan daerah penting bagi kebudayaan nasional. Di Halteng, sangat banyak sekali potensi budaya yang sejatinya dikelola sebagai bagian penting dari pembangunan daerah, terutama kebijakan kebudayaan.
Terdengar oleh saya, banyak ide meluap. Membentang perbincangan dari sejarah, budaya hingga pariwisata. Dari harapan-harapan terkait kebijakan pemda di bidang kebudayaan dan pariwisata, hingga rencana pengusulan penetapan unesco. Ada semangat baru dari kerjasama yang terjalin.
Aroma ikan bakar segar makin kuat. Pembicaraan kian panas. Tulisan ini harus diakhiri sementara dulu.
Di malam hari, kota ini tampak seperti gadis habis mandi yang bersolek. Lampu warna-warni meliliti tiang listrik. "Ini nih yang saya bilang Weda sudah maju," sela Pak Ridha dalam "keheningan "-- kungkin semua kenyang -- saat perjalanan pulang dari warung makan menuju tempat kami menginap.
Sepanjang saya amati banyak hal "baru" dibanding kedatangan saya ke kota ini beberapa tahun lalu. Warung menjual aneka kebutuhan sehari-hari, makin banyak. Setidaknya ada dua warung kopi tempat muda-mudi berjumpa.
Kami tiba di penginapan. Waktunya membahas instrumen untuk kerjaan besok. Pembagian tugas. Siapa mengerjakan apa. Kopi -- yang tersedia setiap saat di penginapan ini -- diseduh.
Malam melarut di bumi fagogoru. Kopi disesap. Dan, kamu, menari dalam bayang ingatan.